1. ZAINAB
BINTI RASULULLAH SAW.
Zainab adalah putri tertua Rasulullah SAW.. Rasulullah
SAW. telah menikahkannya dengan sepupu beliau, yaitu Abul ‘Ash bin Rabi’
sebelum beliau diangkat menjadi Nabi, atau ketika Islam belum tersebar di
tengah-tengah mereka. lbu Abul ‘Ash adalah Halah binti Khuwaylid, bibi Zainab
dari pihak ibu. Dari pernikahannya dengan Abul ‘Ash mereka mempunyai dua orang
anak: Ali dan Umamah. Ali meninggal ketika masih kanak-kanak dan Umamah tumbuh
dewasa dan kemudian menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra. setelah wafatnya
Fatimah ra. . Setelah berumah tangga, Zainab tinggal bersama Abul ‘Ash bin
Rabi’ suaminya. Hingga pada suatu ketika, pada saat suaminya pergi bekerja,
Zainab mengunjungi ibunya. Dan ia dapatkan keluarganya telah mendapatkan suatu
karunia dengan diangkatnya, ayahnya, Muhammad SAW. menjadi Nabi akhir jaman.
Zainab mendengarkan keterangan tentang Islam dari ibunya, Khadijah ra..
Keterangan ini membuat hatinya lembut dan menerima hidayah Islam. Dan
keislamannya ini ia pegang dengan teguh, walaupun ia belum menerangkan
keislamannya kepada suaminya, Abul ‘Ash. . Sedangkan Abul ‘Ash bin Rabi’ adalah
termasuk orang-orang musyrik yang menyembah berhala. Pekerjaan sehari-harinya
adalah sebagai peniaga. Ia sering meninggalkan Zainab untuk keperluan
dagangnya. la sudah mendengar tentang pengakuan Muhammad sebagai Nabi SAW..
Namun, ia tidak mengetahui bahwa istrinya, Zainab sudah memeluk Islam. Pada
tahun ke-6 setelah hijrah Nabi SAW. ke Madinah. . Abul ‘Ash bin Rabi’ pergi ke
Syria beserta kafilah-kafilah Quraisy untuk berdagang. Ketika Rasulullah SAW.
mendengar bahwa ada kafilah Quraisy yang sedang kembali dari Syria, beliau
mengirim Zaid bin Haritsah ra. bersama 313 pasukan muslimin untuk menyerang
kafilah Quraisy ini. Mereka menghadang kafilah ini di dekat Al-is di Badar pada
bulan jumadil Awal. Mereka menangkap kafilah itu dan barang-barang yang
dibawanya serta menahan beberapa orang dari kafilah itu, termasuk Abul ‘Ash bin
Rabi’. Ketika penduduk Mekkah datang unluk menebus para tawanan, maka saudara
laki-laki Abul ‘Ash, yaitu Amar bin Rabi’, telah datang untuk menebus dirinya.
Ketika itu, Zainab istri Abul ‘Ash masih tinggal di Mekkah. la pun telah
mendengar berita serangan kaum muslimin atas kafilah-kafilah Quraisy termasuk
berita tertawannya Abul ‘Ash. Berita ini sangat meiiyedihkannya. Lalu ia
mengirimkan kalungnya yang terbuat dari batu onyx Zafar hadiah dari ibunya,
Khadijah binti Khuwaylid ra.. Zafar adalah sebuah gunung di Yaman. Khadijah
binti Khuwaylid telah memberikan kalung itu kepada Zainab ketika ia akan
menikah dengan Abul ‘Ash bin Rabi’. Dan kali ini, Zainab mengirimkan kalung itu
sebagai tebusan atas suaminya, Abul ‘Ash. Kalung itu sampai di tangan
Rasulullah SAW. Ketika beliau SAW. melihat kalung itu, beliau segera mengenalinya.
Dan kalung itu mengingatkan beliau kepada istrinya yang sangat ia sayangi,
Khadijah. Beliau berkata, ‘Seorang Mukmin adatah penolong bagi orang Mukmin
lainnya. Setidaknya mereka memberikan perlindungan. Kita lindungi orang yang
dilindungi oleh Zainab. jika kalian bisa mencari jalan untuk niembebaskan Abul
‘Ash kepada Zainab dan mengembalikan kalungnya itu kepadanya, maka lakukaniah.’
Mereka menjawab, ‘Baik, ya Rasulullah SAW’ Maka mereka segera membebaskan Abul
‘Ash dan mengembalikan kalung itu kepada Zainab. Kemudian Rasulullah SAW.
menyuruh Abul ‘Ash agar berjanji untuk membiarkan Zainab bergabung bersama
Rasulullah SAW. Dia pun berjanji dan memenuhi janjinya itu. Ketika Rasulullah
SAW. pulang ke rumahnya, Zainab datang menemuinya dan meminta untuk
mengembalikan kepada Abul ‘Ash apa yang pernah diambil darinya. Beliau
mengabulkannya. Pada kesempatan itu, Beliau pun telah melarang Zainab agar
tidak mendatangi Abul ‘Ash, karena dia tidak halal bagi Zainab selama dia masih
kafir. lalu Abul ‘Ash kembali ke Mekkah dan menyelesaikan semua kewajibannya.
Kemudian dia masuk Islam dan kembali kepada Rasulutiah SAW sebagai seorang
Muslim. Dia berhijrah pada bulan Muharram, 7 Hijriyah. Maka Rasulullah SAW. pun
mengembalikan Zainab kepadanya, berdasarkan pernikahannya yang pertama. Zainab
wafat pada tahun 8 Hijriyah. Orang-orang yang memandikan jenazahnya ketika itu,
antara lain ialah; Ummu Aiman, Saudah binti Zam’ah, Ummu Athiyah dan Ummu
Salamah ra.. Rasulullah SAW. berpesan kepada mereka yang akan memandikan jenazahnya
ketika itu, ‘Basuhiah dia dalarn jumlah Vang ganjil, 3 atau 5 kali atau iebih
jika kalian merasa lebih baik begitu. Mulailah dari sisi kanan dan
anggota-anggota wudhu. Mandikan dia dengan air dan bunga. Bubuhi sedikit kapur
barus pada air siraman yang terakhir. Jika kalian sudah selesai beritahukaniah
kepadaku.’ Ketika itu, rambut jenazah dikepang meniadi tiga kepangan, di
samping dan di depan lalu dikebelakangkan. Setelah selesai dari memandikan
jenazah, Ummu Athiyah memberitahukan kepada Nabi SAW. Lalu Nabi SAW memberikan
selimutnya dan berkata, ‘Kafanilah dia dengan kain ini.’
2. RUQAYYAH
BINTI RASULULLAH SAW.
Ruqayyah telah menikah dengan Utbah bin Abu lahab sebelum
masa kenabian. Sebenarnya hat itu sangat tidak disukai oleh Khadijah ra.. Karena
ia telah mengenal perilaku ibu Utbah, yaitu Umrnu jamil binti Harb, yang
terkenal berperangai buruk dan jahat. ta khawatir putrinya akan memperoleh
sifat-sifat buruk dari ibu mertuanya tersebut. Dan ketika Rasulullah SAW. telah
diangkat menjadi Nabi, maka Abu Lahablah, orang yang paling memusuhi Rasulullah
SAW. dan Islam. Abu Lahab telah banyak menghasut orang-orang Mekkah agar
memusuhi Nabi SAW. dan para sahabat ra.. Begitu pufa istrinya, Ummu Jamil yang
senantiasa berusaha mencelakakan Rasulullah SAW. dan memfitnahnya. Atas
perilaku Abu lahab dan permusuhannya yang keras terhadap Rasulullah SAW., maka
Allah telah menurunkan wahyu-Nya, ‘Maka celakalah kedu,7 tangan Abu lahab, (Al
lahab: 1) Setelah ayat ini turun, maka Abu lahab berkata kepada kedua orang
putranya, Utbah dan Utaibah, ‘Kepalaku tidak haial bagi kepalamu selama kamu
tidak menceraikan Putri Muhammad.’ Atas perintah bapaknya itu, maka Utbah
mericeraikan istrinya tanpa alasan. Setelah bercerai dengan Utbah, kemudian
Ruqayyah dinikahkan oleh Rasulullah SAW. dengan Utsman bin Affan ra. Hati
Ruqayyah pun berseri-seri dengan pernikahannya ini. Karena Utsman adalah
seorang Muslim yang beriman teguh, berbudi luhur, tampan, kaya raya, dan dari
golongan bangsawan Quraisy. Setelah pernikahan itu, penderitaan kaum muslimin
bertambah berat, dengan tekanan dan penindasan dari kafirin Quraisy. Ketika
semakin hari penderitaan kaum muslimin, termasuk keluarga Rasulutlah SAW.
bertambah berat, maka dengan berat hati Nabi SAW. mengijinkan Utsman beserta
keluarganya dan beberapa muslim lainnya untuk berhijrah ke negeri Habasyah.
Ketika itu Rasulullah SAW. bersabda, ‘Pergilah ke negeri Habasyah, karena di
sana ada seorang raja yang terkenal baik budinya, tidak suka menganiaya
siapapun, Di sana adalah bumi yang melindungi kebenaran. Pergilah kalian ke
sana. Sehingga Allah akan membebaskan kalian dari penderitaan ini.’ Maka
berangkatlah satu kafilah untuk berhijrah dengan diketuai oleh Utsman bin Affan
ra. Rasulullah SAW. bersabda tentang mereka, Mereka adalah orang yang pertama
kali hijrah karena Allah setelah Nabi Luth as.’ Setibanya di Habasyah mereka
memperoleh perlakuan yang sangat baik dari Raja Habasyah. Mereka hidup tenang
dan tenteram, hingga datanglah berita bahwa keadaan kaum muslimin di Mekkah
telah aman. Mendengar berita tersebut, disertai kerinduan kepada kampung
halaman, maka Utsman memutuskan bahwa kafilah muslimin yang dipimpimnya itu
akan kembali lagi ke kampung halamannya di Mekkah. Mereka pun kembali. Namun
apa yang dijumpai adalah berbeda dengan apa yang mereka dengar ketika di
Habasyah. Pada masa itu, mereka mendapati keadaan kaum muslimin yang
mendapatkan penderitaan lebih parah lagi. Pembantaian dan penyiksaan atas kaum
muslimin semakin meningkat. Sehingga rombongan ini tidak berani memasuki Mekkah
pada siang hari. Ketika malam telah menyelimuti kota Mekkah, barulah mereka
mengunjungi rumah masingmasing yang dirasa aman. Ruqayyah pun masuk ke
rumahnya, melepas rindu terhadap orang tua dan saudara-saudaranya. Namun ketika
matanya beredar ke sekeliling rumah, ia tidak menjumpai satu sosok manusia yang
sangat ia rindukan. la bertanya, ‘Mana ibu?….. mana ibu?….’ Saudara-saudaranya
terdiam tidak menjawab. Maka Ruqayyah pun sadar, orang yang sangat berarti
dalam hidupnya itu telah tiada. Ruqayyah menangis. Hatinya sangat bergetar,
bumi pun rasanya berputar atas kepergiannya. Penderitaan hatinya, ternyata
tidak berhenti sampai di situ. Tidak lama berselang, anak lelaki satu-satunya,
yaitu Abdullah yang lahir ketika hijrah pertama, telah meninggal dunia pula. Padahal
nama Abdullah adalah kunyah bagi Utsman ra., yaitu Abu Abdullah. Abdullah masih
berusia dua tahun, ketika seekor ayam jantan mematuk mukanya sehingga mukanya
bengkak, maka Allah mencabut nyawanya. Ruqayyah tidak mempunyai anak lagi
setelah itu. Dia hijrah ke Madinah setelah Rasulullah SAWj. hijrah. Ketika
Rasulullah SAW. bersiap-siap untuk perang Badar, Ruqayyah jatuh sakit, sehingga
Rasulullah SAW. menyuruh Utsman bin Affan agar tetap tinggal di Madinah untuk
merawatnya. Namun maut telah menjemput Ruqayyah ketika Rasulullah SAW. masih
berada di medan Badar pada bulan Ramadhan. Kemudian berita wafatnya ini
dikabarkan oleh Zaid bin Haritsah ke Badar. Dan kemenangan kaum muslimin yang
dibawa oleh Rasulullah SAW. beserta pasukannya dari Badar, ketika masuk ke kota
Madinah, telah disambut dengan berita penguburan Ruqayyah ra. Pada saat
wafatnya Ruqayyah, Rasulullah SAW. berkata, Bergabunglah dengan pendahulu kita,
Utsman bin Maz’un.’ Para wanita menangisi kepergian Ruqayyah. Sehingga Umar bin
Khattab ra. datang kepada para wanita itu dan memukuli mereka dengan cambuknya
agar mereka tidak keterlaluan dalam menangisi jenazah Ruqayyah. Akan tetapi
Rasulullah SAW. menahan tangan Umar ra. dan berkata, ‘Biarkaniah mereka
menangis, ya Umar. Tetapi hati-hatilah dengan bisikan syaitan. Yang datang dari
hati dan mata adalah dari Allah dan merupakan rahmat. Yang datang dari tangan
dan lidah adalah dari syaitan.’
3. UMMU KULTSUM BINTI RASULULLAH SAW.
Ummu
Kultsum adalah adik Ruqayyah ra., putri Rasulullah SAW. Ia telah menikah dengan
Utaibah bin Abu Lahab, saudara Utbah yang telah menikahi Ruqayyah, sebelurn
mereka mengenal Islam. Lalu ketika Rasulullah SAW. telah diangkat menjadi Nabi,
ia dan saudara-saudaranya memeluk Islam dengan lapang dada. Dan dakwah Nabi
SAW. yang selalu ditentang oleh Abu lahab beserta keluarganya ini, menyebabkan
Allah telah mewahyukan kepada Nabi SAW. firman-Nya yang berbunyi, Maka
celakalah kedua tangan Abu lahab’(Al-lahab: 1) ‘ Setelah tutun ayat ini, Abu
lahab berkata kepads Utaibah anaknya, “Kepalaku tidak halal bagi kepalamu
selama kamu tidak menceraikan putri Nabi. Maka dia pun menceraikan istrinya,
Ummu Kultsum begitu saja. Utaibah mendatangi Nabi SAW. dan mengatakan kata-kata
yang menyakitkan hati Rasulullah SAW. Atas periakuan itu, maka Rasulullah SAW.
telah berdoa kepada Allah, agar mengirimkan anjing-anjing-Nya untuk
membinasakan Utaibah. Dan apa yang telah didoakan oleh Nabi SAW. terhadap
Utaibah itu benar-benar teriadi. Dalam suatu perjalanan, seekor singa yang
ganas teiah memilih Utaibah di antara teman-temannya untuk diterkam kepalanya.
Utaibah mati dalam keadaan yang sangat mengerikan. Setelah bercerai, maka Ummu
Kultsum kembali tinggal bersama Rasulullah SAW. di Mekkah. Dia ikut hijrah ke
Madinah ketika Rasulullah SAW. berhijrah, kemudian tinggal di sana bersama
keluarga Rasulullah SAW. Ruqayyah dan Ummu Kultsum adalah dua orang saudara
yang perjalanan hidup mereka hampir sama. Mereka berdua teriahir dari bapak
yang sama, ibu yang sama, suami mereka pun kakak beradik yang namanya mempunyai
arti yang sama; Utbah dan Utaibah, mempunyai mertua yang sama, masuk Islam pada
hari yang sama, bercerai pada hari yang sama, dan setelah perceraian itu,
mereka mempunyai suami yang sama pula. Ketika Ruqayyah meninggal dunia, maka
Utsman bin Affan ra. menikahi Ummu Kultsum yang masih perawan yang belum
terjamah oleb Utaibah. Pada waktu itu adalah bulan Rabi’ul-Awwal, tahun ke-3
Hijriyah. Dan keduanya baru berkumpul pada bulan Jumadits-Tsani. Mereka hidup
bersama sampai Ummu Kultsum meninggal dunia tanpa mendapatkan seorang anak pun.
Ummu Kultsum meninggal dunia pada bulan Sya’ban tahun ke-9 Hijriyah. Rasulullah
SAW. berkata, ‘Seandainya aku mempunyai sepuluh orang putri, maka aku akan
tetap menikahkan mereka dengan Utsman.’ Ummu Kultsum adaiah seorang wanita yang
cantik. la senang memakai jubah sutra yang bergaris. Pada hari wafatnya,
jenazahnya telah dimandikan oleh Asma’ binti Umais dan Shafiah binti Abdul
Muthalib. jenazahnya ditempatkan di atas sebuah keranda yang terbuat dari
batang polgon palem yang baru dipotong. Dan pada saat penguburannya, Rasulullah
SAW. duduk di dekat kuburan Ummu Kultsum dengan berlinangan air mata. Beliau
berkata, siapa di antara kalian yang tidak bercampur dengan istrinya tadi
malam?’ Abu Thalhah ra. berkata, ‘Aku, ya Rasulullah SAW’ lalu Beliau
menyuruhnya, “Turunlah kamu.” Maka Abu Thalhah turun dan menguburkan Ummu
Kultsum ra.
4. FATIMAH
BINTI RASULULLAH SAW. Pada suatu ketika, Abu Bakar ra. pernah datang kepada
Rasulullah SAW. dan meminang Fatimah ra. untuk dijadian sebagai istrinya. Hal
itu dijawab oleh Beliau SAW. dengan halus, “Wahai Abu Bakar, tunggulah
ketetapan tentang Fatimah.’ Jawaban Rasulullah SAW. ini diceritakan oleh Abu
Bakar ra. kepada Umar bin Khattab ra.. Umar berkata, itu artinya beliau
menolakmu, wahai Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar ra. menyarankan kepada Umar ra,
‘Sekarang cobalah kamu yang menanyai Rasulullah SAW. untuk meminang Fatimah.’
Atas anjuran tersebut, maka Umar ra. pergi menjumpai Rasulullah SAW. dan
meminta kepada Beliau SAW. untuk menikahkan Fatimah ra. dengannya. Pada kali
itu pun Rasulullah SAW. menjawab, ‘Wahai Umar, Tunggulah ketetapan tentangnya.’
Setelah dijawab demikian, Umar ra. menemui Abu Bakar dan menceritakan hal ini
kepadanya. ‘Berarti beliau juga telah menolakmu wahai Umar.’ Kata Abu Bakar
ra.. Selanjutnya keluarga Ali ra. telah menyarankan kepada Ali ra., ‘Mintalah
kepada Rasulullah SAW. agar kamu dapat meminang Fatimah.’ Maka Ali ra.
mendatangi Rasulullah SAW. untuk meminang Fatimah. Pinangan ini diterima oleh
beliau dengan baik. Dan pada hari itu juga Rasulullah SAW. telah menikahkannya
dengan Fatimah ra. dengan mahar beberapa pakaian bekas dan kulit domba. Dan
ketika itu, perlengkapan pengantin wanitanya antara lain adalah tempat tidur
dari dedaunan kurma, bantal kulit berisi jerami, bejana kulit kecil dan kantong
air dari kulit. Untuk pernikahan itu, Ali ra. telah menjual seekor unta
miliknya dan sebagian barang-barangnya, sehingga terkumpul 480 dirham. Setelah
terkumpul Rasulullah SAW. menyuruh Ali, “Belikaniah dua pertiga dari uang itu
untuk wangi-wangian dan yang sepertiganya untuk barang-barang.’ Setelah
menikahi Fatimah, maka Nabi SAW. berkata kepada Ali ra., ‘Carilah rumah’. Maka
Ali pun mencari sebuah rurnah untuk tempat tinggainya bersama keluarga baru. la
menemukan sebuah rumah yang agak jauh dari kediaman Rasulullah SAW. Karena rasa
sayang Rasulullah SAW. kepada Fatimah, beliau berkata kepada Fatimah, ‘Aku
ingin kalian pindah agar berdekatan denganku.’ Fatimah menjawab, ‘Sebaiknya
ayahanda, meminta kepada Haritsa bin Nu’man untuk pindah demi aku.’ Rasulullah
SAW. menjawab, ‘Haritsa dulu pernah pindah demi kita, jadi aku enggan untuk
memintanya kembali.’ Hal ini telah terdengar oleh Haritsa, sehingga ia datang
menemui Rasulullah SAW. dan berkata, ‘Ya Rasulullah SAW, aku telah mendengar
bahwa engkau ingin agar Fatirnah pindah ke dekat rumahmu. Rumah-rumahku adalah
rumah Bani Najjar yang paling dekat ke rumahmu. Aku dan hartaku adalah untuk
Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah, Ya Rasulullah SAW. aku lebih menyukai uang yang
engkau ambil dariku daripada yang tinggal.’ Rasulullah SAW. berkata, ‘Engkau
telah berkata dengan sebenarnya, semoga Allah memberkatimu.’ Maka Rasulullah
SAW. memindahkan Fatimah ke rumah Haritsa. Ali dan Fatimah ra. adalah pasangan
suami istri yang hidup dengan penuh kesederhanaan. Tempat tidur mereka terbuat
dari kulit domba. jika mereka akan tidur, mereka harus membalikkan bulunya
terlebih dahulu. Sedangkan bantainya terbuat dari kulit yang diisi jerami.
Walaupun demikian, hari-hari mereka telah diisi dengan kebahagiaan. Pada suatu
ketika, Fatimah berkata, ‘Demi Allah, aku telah menumbuk gandum sampai tanganku
lecet.’ Maka Ali ra. menganjurkan kepada istrinya, agar menjumpai Rasulullah
SAW. untuk meminta tawanan-tawanan perang sebagai pembantu di rumahnya. Fatimah
pun segera menemui Rasulullah SAW.. Sesampainya di sana, banyak sahabat sedang
berkumpul di sisi Rasulullah SAW.. Rasulullah SAW. bertanya, ‘Ada apa, wahai
putriku?’ Fatimah menjawab, ‘Aku datang untuk mengucapkan salam untukmu.’
Fatimah terlalu segan untuk mengutarakan maksudnya, sehingga ia kembali pulang
tanpa tertunaikan maksud kedatangannya. Sesampainya di rumah Ali bertanya,
“Bagaimana haslinya?’ Fatimah menjawab, ‘Aku terlalu malu untuk meminta kepada
beliau.’ Kemudian mereka berdua datang menghadap Rasulullah SAW.. Ali ra.
berkata, ‘Ya Rasulullah SAW., Fatimah telah menimba air sampai dadanya luka.ia
telah menumbuk (gandum) sampai tangannya lecet. Dan Allah telah memberimu
rampasan perang dan kekayaan, berilah kami seorang pelayan.’ Namun Rasulullah
SAW. menjawab, ‘Demi Allah, aku tidak akan memberimu pelayan, dan membiarkan
ahli Shuffah menahan perutnya karena kelaparan. Aku tidak mempunyai sesuatu
untuk mereka, jadi aku akan menjual barang rampasan itu dan memberikannya
kepada mereka. Maukah kalian kuceritakan sesuatu yang lebih baik daripada yang
kalian minta tadi? Mereka menjawab, ‘Ya, tentu saja.’ Beliau berkata, ‘Yaitu
beberapa kalimat yang diajarkan Jibril kepadaku. Ketika kalian beristirahat di
tempat tidur ucapkanlah Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu
Akbar 34 kali. Dan nasehat itu telah menjadi amalan rutin keluarga Fatimah ra.
Ali ra. berkata, ‘Demi Allah, aku tidak pernah mengabaikan bacaan itu sejak
Rasulullah SAW. mengajarkannya kepada kami.’ lbnu Kiwa’ berkata kepadanya,
‘Bahkan pada malam perang Siffin?’ Ali menjawab, ‘Semoga Allah murka pada
kalian, wahai penduduk lrak. Suatu ketika, Ali ra. pernah berbuat kasar kepada
Fatimah ra. Lalu Fatimah ra. mengancam Ali ra., Demi Allah, aku akan
mengadukanmu kepada Rasulullah SAW.!’ Fatimah pun pergi kepada Nabi SAW. dan
Ali ra. mengikutinya. Sesampainya di sana, Fatimah mengeluhkan tentang
kekasaran Ali ra.. Nabi SAW. menyabarkannya, ‘Wahai putriku, dengarkanlah,
pasang telinga dan pahami. Bahwa tidak ada kepandaian sedikit pun bagi wanita
yang tidak membalas kasih sayang suaminya ketika dia tenang.’ Ali ra. berkata,
‘Kalau begitu aku akan menahan diri dari yang telah kulakukan.’ Fatimah pun
berkata, Demi Allah, aku tidak akan berbuat apapun yang tidak engkau sukai.’
Juga disebutkan dalam riwayat lain, Pernah terjadi pertengkaran antara Ali dan
Fatimah. Lalu Rasulullah SAW. datang, dan Ali ra. menyediakan tempat untuk
Rasulullah SAW. berbaring. Kemudian Fatimah datang dan berbaring di samping
Nabi SAW.. lalu Ali pun berbaring di sisi lainnya. Rasulullah SAW. mengambil
tangan Ali dan meletakkannya di atas perut beliau, lalu beliau mengambil tangan
Fatimah dan meletakkannya di atas perut beliau. Selanjutnya beliau mendamaikan
keduanya sehingga rukun kembali, Setelah itu barulah beliau keluar. Ada orang
yang melihat kejadian itu lalu berkata kepada Rasulullah SAW., ‘Tadi engkau
masuk dalam keadaan demikian, lalu engkau keluar dalam keadaan berbahagia di
wajahmu.’Beliau menjawab, ‘Apa yang menahanku dari kebahagiaan, jika aku dapat
mendamaikan kedua orang yang paling aku cintai?’ Pada suatu ketika, ‘Aisyah ra.
sedang duduk bersama Rasulullah SAW., kemudian datanglah Fatimah dengan gaya
berjalannya yang sama dengan gaya berjalan Rasulullah SAW. Nabi SAW.
menyambutnya, ‘Selamat datang, Putriku.’ Lalu Beliau mendudukkan Fatimah di
sampingnya dan membisikkan sesuatu kepadanya sehingga Fatimah menangis.
Kemudian beliau kembali membisiki lagi kepada Fatimah, dan dia tertawa. Melihat
hal ini, ‘Aisyah bertanya, ‘Mengapa engkau menangis lalu tertawa setelah
dibisiki oleh Rasulullah SAW. Apa gerangan yang telah dibisikkan Rasulullah
SAW. kepadamu?’ Fatimah menjawab, ‘Aku tidak akan membuka rahasia beliau.’
Ketika Rasulullah SAW. wafat, ‘Aisyah bertanya lagi kepada Fatimah, dan ia menjawab,
‘Rasulullah SAW. membisikiku, ‘Jibril selalu mendatangiku setiap tahun dan
mengulangi Al-Qur’an kepadaku satu kali. Namun, pada tahun ini dia datang
kepadaku dua kaii dan membacakan Al-Qur’an kepadaku dua kali. Aku merasa ajalku
sudah dekat. Aku penghulu terbaik bagimu.’ Maka aku menangis. Lalu Beliau
membisikkan lagi, ‘Engkau orang yang paling cepat menyusuiku dari keluargaku.’
Maka aku tertawa karenanya. Pada hari-hari menjelang kematiannya, Fatimah
disrerang sakit yang parah. Abu Bakar ra. pergi mengunjungi Fatimah dan meminta
izin untuk masuk. Maka Ali berkata kepada istrinya, Fatimah, ‘Ada Abu Bakar di
depan pintu. Apakah engkau mengizinkannya masuk?’ Fatimah ra. mengembalikan
pertanyaan itu kepada suaminya, ‘Apakah engkau setuju?’ ‘Ya,’ jawab Ali. Maka
Abu Bakar ra. masuk untuk mengunjunginya dan menghiburnya sehingga membuat
Fatimah senang. Dan pada ketika sakitnya itu, Salma datang menengoknya.
Sedangkan pada hari itu Ali ra. sedang keluar. Fatimah berkata kepada Salma,
‘Tuangkaniah air untuk mandiku.’ Maka Salma menuangkan air untuk mandi Fatimah
dengan cara yang terbaik. Kemudian Fatimah berkata, ‘Bawakantah bajuku yang
baru.’ Maka Salma memberikan pakaian baru kepadanya dan dia pun mengenakannya.
Kemudian Fatimah berkata lagi, ‘Angkatlah tempat tidurku ke tengah-tengah
ruangan.’ Salma memindahkannya, lalu dia berbaring menghadap kiblat. Kemudian
Fatimah berkata kepada Salma, ‘Ibu, aku akan menemui ajal sekarang. Aku telah
mandi, jadi jangan biarkan orang lain membuka bahuku.’ Salma bercerita, ‘Fatimah
telah wafat. Kemudian Ali datang dan aku mengabarkan hal itu kepadanya.’ Ali
ra. berkata, ‘Demi Allah, tidak seorang pun yang akan membuka bahunya.’ Dia
mengangkat jenazah Fatimah dan menguburkannya dengan mandi itu.
Dikutip Dari: http://www.2lisan.com/tulisan/artikel/puteri-puteri-rasulullah-saw/
Dikutip Dari: http://www.2lisan.com/tulisan/artikel/puteri-puteri-rasulullah-saw/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar